Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Minggu III Prapaska*, 20 Maret 2022.
Bac. Kejadian 3: 1-8, 13-15 dan 1 Kor 10: 1 – 6, 10-12 dan Injil Lk 13: 1-9.
Seorang pertapa tua sangat emosional dengan seorang pemuda brandal. Soalnya knalpot raching sepeda motornya sangat bising mengganggu. Lantaran tak didengar maka dia sampai menyumpahi pemuda itu: Semoga kau disambar petir! Mendengar itu si pemuda enteng menjawab: Tuhan itu kan maharahim mana mungkin Ia melakukannya.
Di saat pertapa itu mau tegur lagi, ada suara berkata: Jangan sentuh, dia anak kesayanganku. Pertama itu tambah bingung. Lalu wajah pemuda brandal itu jadi berubah. Dia bergumam: benarkah saya ini pemuda kesayangan Tuhan? Beberapa tahun kemudian pertapa tua menjumpai dia di biara. Katanya kepada pemuda itu: untuk apa anda ada di sini? Jawab mantan brandalan itu: Aku ingin cari Dia, yang mengatakan saya adalah pemuda kesayangan Tuhan.
Sejatinya kesabaran Allah telah membuat si pemuda brandal itu menghasilkan buah kehidupan yang berdaya guna. Hal itu sudah ditegaskan dalam bacaan Kitab Kejadian: betapa besar kasih setia Yahwe. Dialah Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Allah Isaak dan Allah Yakob yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Allah tak pernah memperhitungkan salah dan dosa mereka. Kebaikan Allah ibarat pemilik kebun anggur yang sabar dalam injil, biarpun orang gagal menghasilkan buah-buah kebaikan. Ketika disuruh tebang Dia katakan: Biarkanlah ia tumbuh tahun ini lagi. Aku akan memberi pupuk mungkin tahun tepan akan berbuah. Jika tak berbuah, baru tebanglah!
Musibah yang kita alami bisa saja sampai membuat kita marah. Kita mungkin memberontak kepada Tuhan: apa salah dan dosaku sehingga harus menanggung derita?? Pikiran orang di zaman Yesus pun sama demikian. Dalam kisah injil tadi ada beberapa orang datang kepada Yesus dan memberi informasi tentang orang Galilea yang dibantai Pilatus. Darah mereka lalu dicampurkan dengan darah orang Yahudi. Juga ada 18 orang meninggal karena tertimpah menara dekat Siloam. Pikiran mereka sangat negatif. Orang yang jadi korban bencana itu akibat dosa mereka. Namun Yesus katakan: Tidak. Jika kalian tak bertobat maka nasibmu akan sama seperti demikian.
Bencana tak semata-mata siksaan Tuhan tapi sebagai peringatan bahwa hidup kita manusia sangat relatif singkat. Segala kepentingan boleh abadi, tapi hidup kita manusia tak abadi. Semua orang akan mati, tapi dengan cara yang berbeda. Bisa lewat sakit dan penderitaan. Tapi juga tanpa sakit dan derita, tapi lewat bencana, musibah seperti ditabrak, lditerkam binatang buas, dibunuh orang lain, dsb.. Sebab itu orang harus menggunakan seluruh waktu hidupnya dengan seefektif mungkin.
Harus sadar bahwa kita manusia ini tak luput dari kejahatan, keonaran dan kebrutalan di masyarakat. Sudah pasti kita tak disenangi orang lain, toh masih diberi waktu untuk hidup oleh Tuhan. Tuhan masih bersabar, seperti ketika IA melihat pohon Ara yang tak berbuah. Olehnya seruan untuk pertobatan di masa puasa ini adalah sebuah kesempatan buat kita untuk berbalik kepada Allah Bapa Maharahim. Kita perlu perbaiki relasi yang rusak dengan Tuhan dan dengan sesama serta alam ciptaan Tuhan. Lalu bagaimana kilas balik peristiwa hidup kita yang tak luput dari dosa?
Salam sehat di Hari Minggu III Puasa buat semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin 🙏🙏🙏🌹✝️🌹🎁🛍️🍇🌽🔥🤝🤝🇮🇩🇮🇩
Pastor Patoki Katedral Kupang