Ia mengungkapkan hal itu menanggapi pernyataan Anggota DPRD NTT dalam Rapat Paripurna DPRD NTT dengan agenda Tanggapan Gubernur NTT atas pandangan fraksi-fraksi DPRD NTT atas Ranperda tentang Perlindungan, Pemanfaatan dan Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Ekspresi Budaya Tradisional, Senin (26/6/2023).
Dia menceritakan, saat berada di Malaysia, ia menghimpun para pekerja ilegal dengan membawa Pastor dari Indinesia dan menggelar misa di tengah hutan.
Menurut cara inilah ia bisa dapat menghimpun para PMI non prosedural asal NTT di Malaysia.
“Tindak lanjut dari pertemuan itu, kami memberikan 100 pasport kepada para pekerja ilegal yang berasal dari berbagai daerah di NTT,” jelasnya.
Khusus PMI NTT yang meninggal dalam dalam peti mati tidak pernah membuat paspor di NTT. Mereka PMI yang meninggal membuat pasport di Kediri, Blitar, Medan, Batam, Pontianak.
“Bahkan saat membuat paspor nama para PMI asal NTT yang mana memiliki nama baptis Veronika tetapi nama di paspor berubah menjadi Mutmaina, Siti Aminah dan sebagainya. Tetapi saat PMI ilegal itu meninggal lalu dikirim ke NTT sudah ada KTP aslinya,” jelasnya.
Karena itu, ia mengajak semua pihak berkolaborasi melalui para Kepala Desa demi mendeteksi secara dini sehingga anak-anak NTT bekerja ke luar negeri tanpa dokumen.
Untuk diketahui, cerita Wagub NTT, Josef Nae Soi ini menanggapi anggota DPRD NTT Viktor Mado Watun terkait perdagangan orang NTT yang tidak pernah selesai.
Tahun 2023, kata Viktor, NTT sudah menerima peti mati dari Malaysia sebanyak 67 orang.
Menurutnya, 67 orang PMI asal NTT yang emninggal di Malaysia menjadi ancaman serius sehingga DPRD NTT meminta langkah konkret pemerintah khusus di akhir masa jabatan gubernur-Wakil Gubernur NTT di akhir masa jabatan untuk bisa membuat masyarakat NTT menjadi tenang. (VN/nttsatu)