Oleh: Rm. Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu Biasa XXIV, 11 September 2022. Bacaan. Kel 32: 7-11, 13-14 dan 1Tim 1: 12-17 dan Injil Lk 15: 1-10.
Menyimak kembali sejarah keselamatan kita temukan ada kecurangan beberapa tokoh dalam Kitab Suci yang sebetulnya tak pantas. Kisah Yakob (Kej 27) ternyata berkat kelicikannya menipu Izaak ayahnya yang buta maka hak kesulungan Esau hilang dan pindah kepadanya. Hal itu berkat kerjasama baik dengan Ribka ibunya. Begitu pula Paulus, anggota kelompok radikal Yahudi yang hendak menghabisi semua pengikut Kristus. Dia bahkan ikut menyetujui hukuman mati terhadap Stefanus (Kisra 7: 54-8:3).
Israel adalah bangsa terpilih yang telah rusak aklaknya. Allah rencana menghabisi mereka semua tapi kemudian IA mengurung niat-Nya. Kerahiman Allah begitu besar padahal tinggal saja DIA bertitah maka jadi. Cinta-Nya kepada manusia adalah kekal, abadi kasih setia-Nya, biarpun manusia tak setia. Berkat belaskasih-Nya itu maka rasul Paulus merasa bersyukur karena ia juga mendapatkan kelimpahan kasih karunia. Tuhan Allah mengulurkan tangan-Nya dan mengangkat dia dari jurang dosa. Allah sesungguhnya Bapa mahabaik dan murah hati. Belas kasih Allah tak terlepas dari pengampunan.
Contoh Kitab Suci tentang Domba, Dirham dan Anak yang hilang melukiskan betapa besar kasih Tuhan. DIA adalah Bapa yang maha murah hati-Nya terhadap kita manusia yang berdosa. Fokus perhatian Tuhan bukan pada dimba, uang dan anak yang hilang tapi pada sukacita yang bertumbuh. Ada kelimpahan sukacita ketika domba, dirham dan Anak itu ditemukan kembali. Dari ketiga perumpamaan ini hendak dikatakan bahwa Salah dan Dosa adalah hal yang bisa saja terjadi pada diri siapapun. Jika cuma dosa yang diperhatikan maka nilai sukacita atas belas kasih Tuhan justru hilang.
Belas kasih dan kemurahan inilah yang menaungi semua orang berdosa yang ingin bertobat. Alasan inilah maka Yesus mengorbankan diri di Salib sebagai jalan kebenaran. Kita semua yang baca dan mendengarkan perumpamaan minggu ini pun ibarat domba,dirham dan anak hilang. Karena sudah berulang kali melakukan dosa dan kesalahan. Kita ditantang agar menyadari bahwa belas kasih Allah sungguh sangat besar, asal ada kemauan dari kita untuk bertobat. Proses pertobatan dan pembaharuan diri kadang sulit diwujudkan karena kita tak cukup rendah hati. Selain itu kita tak sabar dan tidak menghargai belas kasih Tuhan. Padshal pemgampunan itu Bukan hak kita melainkan semata-mata karena belas kasih Tuhan.
Kita semua adalah bagian dari komunitas kristiani. Pada kenyataan sikap kita beda-beda tipis dengan tabiat kaum Israel dan rasul Paulus. Akan tetapi ketika mengalami kasih dan kerahiman Allah maka hendaklah juga kita tampil sebagai pembawa dan pembagi kasih Tuhan kepada sesama. Bukan cinta diri melainkan berani memberi diri. Tidak ingat diri sendiri tapi ingat prioritas hidup serta kepentingan sesama. Otomatis menjadi pembawa dan pencipta damai untuk sejahtera. Tidak menyimpan dendam tapi rela memaafkan dan selalu mengampuni sesama. Seberapa dalam kita menyelami kadar kasih Tuhan dan mewujudkannya?
Salam sehat di Hari Minggu buat semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Jika ADA, Bersyukurlah. Jika TAK ADA, BerDOALAH. Jikalau Belum ada, BerUSAHALAH. Jikalau masih Kurang Ber- SABARLAH. Jika Lebih maka BerBAGILAH. Jika Cukup, berSUKACITALAH. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga anda dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin🙏🙏🙏🌹✝️🌹🎁🛍️🍇🍇🌽🎉🔥🔥🤝🤝🇮🇩🇮🇩
Pastòr Paroki Katedral Kupang