Oleh: Rm Ambros Ladjar, Pr
Hari Minggu PALMA, 10 April 2022
Bac. Yesaya 50: 4-7 dan Filipi 2: 6 – 11 dan Injil Lk 22: 14 – 23: 56.
Mengawali Pekan Suci, hari ini kita rayakan Minggu Palma. Kita memperingati sengsara Tuhan kita Yesus Kristus yang memasuki kota Yerusalem. DIA diarak sebagai Raja, oleh ribuan massa dengan segala gegap gempita meriah. Pikiran utama ketiga bacaan adalah Allah merendahkan Diri-Nya. IA telah mengosongkan Diri dan menderita sengsara. Di saat itu banyak orang yang mengeluh-elukan DIA dengan seruan: Hosana Putera Daud! Terpujilah yang datang dalam nama Tuhan. Sebuah teriakan yang mengharapkan Yesus menjadi pembebas bangsa Israel dari jajahan Romawi. Yesus biarkan khalayak ramai mengekspresikan luapan kegembiraan hati mereka.
Di tengah pawai keramaian itu ada juga suara sumbang yang melarang: Baiknya diam dan mengendalikan diri. Hal itu menjadi provokasi dari para penguasa dan penjajah, sepertinya ada suatu konspirasi politik di baliknya. Terhadap hal ini Yesus justru membela mereka yang berteriak. IA katakan kepada mereka: Jika orang- orang itu dilarang maka batu-batupun akan berteriak! Namun sayang lantaran iman orang banyak yang mengiringi perjalanan Yesus itu tak konsisten. Mengapa tidak ?
Pengalaman sukacita yang gegap gempita bersama Yesus cuma sebuah eforia, keterpaksaan. Sebab massa yang sama mengarak Yesus masuk dengan meriah, kemudian berubah dengan teriakan: Salibkan DIA! Itulah teriakan orang banyak yang berbaur dalam pawai sukacita. Memang sebuah ironi karena iman kepada Yesus begitu mudah berubah dalam waktu sekejap bagai embun pagi hari. Saat pagi begitu indah tapi sebentar saja ketika disinari matahari maka menguap tanpa bekas.
Upacara Minggu Palem adalah buah refleksi atas perjalanan iman kita bersama. Banyak kali kita tidak konsisten dengan iman yang kita miliki. Terkadang kita ikut bergaining dalam kejahatan dan kepalsuan sambil menggadaikan iman. Begitu mudah kita terlena oleh hasutan pengaruh orang lain. Bila mau agar iman itu teguh maka harus dilatih setiap hari. Sekiranya kita sudah nyatakan pro terhadap Yesus maka kitapun harus tegas katakan YA terhadap seluruh ajaran-Nya. Sebab orientasi iman butuh perjuangan dengan penuh komitmen, tekun dan setia dalam keseharian hidup.
Kita ikuti arakan tadi dengan satu iman. Iman kita kepada Kristus kiranya jangan seperti bahan las karbit. Pisang muda dari kampung dalam hitungan jam cepat jadi masak. Biarpun tidak laku tapi kadang kita orang kota tertipu. Bila kita punya sikap iman jelas maka aman, tapi jika tanpa pendirian dan muda tergoda dengan uang yang cuma setara satu bungkus nasi maka cepat atau lambat akan rusak tatanan hidup. Artinya kita ikut partisipasi menyumbang kejahatan di NKRI ini. Sebab kita tak ada pendirian iman sebagai orang katolik. Dari sikap oportunisme orang Yahudi, kita belajar bertindak benar, jujur, adil dan beradab di bumi Nusantara yang majemuk ini.
Salam sehat memasuki Pekan Suci buat semuanya. *Tetap taat menjalankan Prokes*. Tuhan memberkati segala aktivitas hidup keluarga kita masing-masing dengan kesehatan, keberuntungan, sukses dan sukacita yang melingkupi hidupmu… Amin 🙏🙏🙏🌹✝️🌹🎁🛍️🍇🌽🔥🤝🤝🇮🇩
==========
Pastor Paroki Katedral Kupang