Nodu, Tresi, Siti, Stella, Ratu dan Ama Pendobrak Keterpencilan Misi Fores dan Sunda Kecil
Oleh : Thomas Ataladjar
Kapal Angkatan Laut Australia disulap Jadi Motor Tresi (tiga – habis)
Setelah Pater Antonius Thijssen,SVD serta sejumlah misionaris Belanda keluar dari kamp tawanan Jepang sejak diinternir di Sulawesi tahun 1942, mereka menuju Australia untuk memulihkan kesehatan di sana. Saat berada di sana, beliau menerima surat berisi pesan dari Regional Ende P.J.Bouma,SVD untuk mencari sebuah kapal motor yang cocok untuk misi Flores. Pilihannya akhirnya jatuh ke kapal motor milik Angkatan Laut Australia (RAAF) di Port Darwin, yang sebenarnya enggan menjualnya. Namun pihak Angkatan Laut Australia akhirnya luluh juga akhirnya melepaskannya.
Tentang kiat memperolehnya ini, Pater Antonius Thijssen,SVD menuturkan: ”Pada kunjungan saya kedua kalinya ke kapal itu, saya sempat meninggalkan medali Santa Theresia di bagian yang disebut fortcastel di atas pintu. Sementara itu saya berdoa begini :” Santa Theresia, kalau Anda benar-benar adalah Pelindung misi, usahakan supaya kami mendapatkan kapal ini. Saya tidak akan mengambil medali ini kembali, sebelum kapal ini menjadi miik kami”. Benar juga, dua hari kemudian Group-Captain dari RAAF itumenyatakan bersedia menjual dan menyerahkan kapal itu kepada kami”.
Pada tanggal 29 Agustus 1946, kapal motor yang kemudian diberi nama Santa Theresia ini meninggalkan Darwin dengan nahkoda P.Antonius Thijssen,SVD ditemani awak P.Mathias Van Stiphout, SVD, Bruder Viktor, SVD dan Bruder Thomas,SVD , dan tiba di Kupang 31 Agustus 1946. Tanggal 2 September 1946 Motor St.Theresia kembali bertolak dari Kupang dan tiba di Ende 3 September 1946. Kapal motor ini membawa serta muatan antara lain sebuah mobil pickup dan dua buah motor untuk Ledalero, serta 2000 lembar selimut woll untuk Seminari Mataloko.
Kapal Motor ST,Theresia ini panjangnya 18 m, lebar 5 meter dapat muat 24 ton. Penumpang menempati dek. Digerakkan motor ray Marine Diesel 150 PK dengan kecepatan 7 mil per jam. Nahkoda pertamanya Mello Fernandez dan direncanakan untuk layani Flores,Timor dan Sumba. Pada tahun 1974 saat berusia 30 tahun, motor Santa Theresia berganti motor dengan sebuah Merzedez Benz Diesel yang baru.
Siti Nirmala Datang Membantu, Stella Maris Hasil Derma Pembaca Majalah Stadt Gottes
Luasnya wilayah pelayanan misi, komunkasi serta sarana lalu lintas yang masih rendah serta keadaan geografis NTT dan Flores yang sulit, membutuhkan daya tahan dan kesabaran dalam melakukan perjalanan tugas pelayanan misi.
Maka pada 1955, misi kembali mendatangkan motor baru Siti Nirmala yang dibuat di Surabaya. Selain Flores Timur dan pulau-pulaunya, Siti Nirmala melayari juga rute Ende, Maumere dan Kalabahi. Setelah bertugas selama 20 tahun, pada tahun 1975 motor Siti Nirmala dibeli oleh sebuah perusahaan di Labuhan Bajo.
Untuk memperkuat armada misi katolik di NTT umumnya dan Flores khususnya, atas inisiatip Mgr Antonius Thijssen,SVD, misi Flores kembali membeli kapal baru yakni Stella Maris. Dibuat di Travermunde, Jerman. Ukuran 110 ton dengan daya muat 70 ton. Panjang 30 m, lebar 6,5 m dan menggunakan motor Deutz Diesel 230 PK.
Kapal Stella Maris yang dibeli dari derma terutama pembaca majalah “Stadt Gottes” di Steyl, Belanda ini, tiba di Surabaya 1959. Tugasnya melayanib jalur Surabaya-NTT dengan rute pelayaran Surabaya, Sumba, Timor dan Flores,
Dalam sebuah pelayarannya pada pertengahan bulan Desember 1963, Km Stella Maris berangkat dari Surabaya ke Ende mengantar para Suster dan Pastor yang akan merayakan Natal di Flores. Belum jauh dari pelabuhan Tanjung Perak Surabaya di dekat Pulau Madura, KM Stella Maris terbakar. Mualim I Sina Unarajan perintahkan agar jangan ada yang terjun ke laut dan kepada ABK (Anak Buah Kapal) .Juga diperintahkan agar kosongkan kapal sehingga muatan yang ada dibuang ke laut termasuk mobil yang ikut dibuang ke laut demi menyelamatkan penumpang dan kapal. Akhirnya api berhasil dipadamkan dan kapal ditarik kembali ke dermaga Tanjung Perak Surabayauntuk perbaikan. Saat kejadian KM Stella Maris di Nakhodai oleh Kapten Lemarewa yang berasal Ambon.
Setelah kejadian itu sebagai penghargaan atas jasanya menyelamatkan kapal Stella Maris, maka Sina diangkat menjadi Nakhoda KM Stella Maris. Sejak itu namanya kondang dengan sapaan akrab Kapten Sina.
Perlu dicatat bahwa Sina Unarajan asal Lewuka Lembata ini, pernah bekerja di motor Arnoldus, Motor Siti Nirmala dan Motor Theresia, selanjutnya Sina di sekolahkan oleh Misi ke Sekolah Pelayaran di Surabaya. Setelah menyelesaikan Sekolah Pelayaran Misi membeli sebuah kapal baru yaitu KM Stella Maris dan Sina ditempatkan di kapal ini sebagai Mualim II dan selanjutnya menjadi Mualim I akhirnya menjadi nahkoda kapal Stella Maris.
Ratu Rosari, “Gereja Terapung”
Lagi-lagi, atas inisiatip Mgr.Antonius Thijssen,SVD, dipesan lagi sebuah kapal baru yang lebih besar yakni Ratu Rosari. Dibangun berdasarkan kontrak dengan Deutsche Entwicklungshilfe, dengan sketsa buatan Br.Marianus. Order pembuatannya diserahkan kepada galangan kapal Schiffswerft JJ.Sietas Neuenfelde bei Hamburg yang mulai membuatnya Maret 1964.
Ukuran kapalnya, panjang 50, lebar 8,5 m. Dalam air 3 m. Menggunakan Motor Deutsz Diesel 420 PK dengan kecepatan 10 mil per jam. Daya muat bruto 431 ton; netto 350 ton. Punya dua palka. Memiliki Tangki minyak dan tangki air minum 56 m2. Untuk penumpang tersedia 12 kabin dan 65 penumpang dek. Kapal Ratu Rosari dilengkapi alat radar dan alat telekomunikasi.
Diluncurkan oleh Uskup Agung Ende Mgr.Gabriel Manek. 27 Juni 1964 di Hamburg dan dibaptis dengan nama Ratu Rosari. Dan pada akhir Agustus 1964 tiba di Surabaya. Mulai beroperasi September 1964. Nahkodanya antara lain Kapten Pontoh.
Sebagai manager kapal Ratu adalah P.Stanislauw Pikor,SVD pastor Soverdi Surabaya asal Polandia. Ia bertanggung awab atas logistik, abk, permesinan hingga kehidupan liturgi untuk awak kapal dan penumpangnya. Ada jadual misa , doa angelus, doa bersama, altar, sakristi, pakaian misa busana pastor dan sebagainya. Maka saat naik kapal Ratu Rosari, ibarat naik “gereja terapung”.
Karena biaya operasional yang terlalu tinggi dan tersaing kapal-kapal Pelni yang besar dan baru, akhirnya KM.Ratu Rosari kemudian dijual ke pengusaha Timor, lalu Halmahera melayari jurusan Halmahera-Bitung, untuk angkut hasil bumi dan air mineral.
Angkatan Muda Austria Sumbang Kapal AMA
Pada tahun 1971 tiba lagi kapal misi yang baru bernama kapal AMA, sebagai hadiah dari Angkatan ( Aksi) Muda Austria yang dibuat di galangan kapal Jakarta.
Perlu dicatat sejumlah nama bruder yang berjasa dalam pengoperasian kapal-kapal motor misi ini. Di Km. Arnoldus I tercatat nama Br,Wilibrordus dan Br. Fransiskus. Di Arnoldus II, tercatat Bruder Didymus. Di Km. St.Theresia ada Br.Victor dan Br.Marianus yang antara 1947-1957 sebagai nahkoda. Juga Br.Stanislaus dan Br.Theodorus. Di Km Stella Maris Br.Marianus 1959-1962. sebagai masinis. Di Km Ratu Rosari: Br.Marianus bertugas sejak1964.
Demikian sejumlah kapal motor yang tidak saja setia melayani karya misi dan gerejani di Nusa Tenggara Timur umumnya dan Flores khususnya, tetapi juga ikut mendobrak keterpencilan Nusa Tenggara Timur. Semoga kenangan ini bermanfaat.
*) Thomas Ataladjar, adalah seorang penulis asal Lembata kini tinggal di Bogor
Referensi : Dari berbagai sumber,koleksi penulis.