Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur, ST. MT, tampil gemilang dan memukau para panelis yang merupakan pakar berkompeten di bidangnya di Redaksi Koran Sindo, Jln. Wahid Hasyim Nomor 38 Jakarta, Rabu, 31 Oktober 2018 lalu. Koran Sindo, harian nasional di Jakarta yang tergabung dalam MNC Group mengundang bupati dua periode ini menyajikan meteri tentang, Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Lembata 2017-2022”.
Sejak awal kepemimpinan periode pertama 2011-2016 bersama, Wabup Viktor Mado Watun dan hingga kini periode kedua 2017-2022 bersama Wabup Thomas Ola, keduanya menempatkan Sektor Pariwisata sebagai Leading Sectors . Sangat tepat bila, Pariwisata menjadi Pendorong Pembangunan Infrastruktur di Kabupaten dan memicu kemajuan sektor lainnya karena saling menunjang. Diantaranya sector Perikatan dan Pertanian. Ikuti paparan Bupati Sunur berikut ini.
Kabupaten Lembata, demikian Bupati Sunur mengawali presentasi, merupakan Kabupaten Satu Pulau. Salah satu kabupaten dari 22 kabupaten/kota di Provinsi NTT yang dibentuk berdasarkan UU No. 52 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Lembata. Dalam rencana pengembangannya, memiliki rencana yang didesain dalam Rencana Strategi berdasarkan RPJMD.
Nah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan penjabaran Visi dan Misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah untuk menindaklanjuti kedalam program sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Jumlah penduduk Kabupaten Lembata sampai dengan Desember 2017 sebanyak 134.573 jiwa. Kondisi kesejahteran masyarakat dan ekonomi menunjukan, laju pertumbuhan PDRB 2016 atas HB Rp 1.470987,4,- dan atas HK Rp 1.006.120,9.0 % penduduk miskin 2016 35,18 %. Angka kemiskinan 2016 adalah 26,26 %. Garis kemiskinan Rp 309.992/Kapita/bulan.
Gambaran Potensi Daerah, dapat digambarkan mulai dari Pariwisata sebagai sector utama,dan dua sector lainnya, Perikanan dan Pertanian sebagai sector penunjang. Kabupaten Lembata memiliki Rp 35.000/Kg mw berkelanjutan yaitu Rally Wisata Bahari dengan hastag Lembata Truly Heaven melalui Lembata Festival dengan main even Festival 3 (Tiga) Gunung (Blue Mountain Tours) serta Travel Village Explore Rural Lembata (yang focus pada penguatan Struktur Budaya dan Pengembangan Atraksi), dengan berbagai aktivitas dalam spirit 1 product-10 Activity-1000 Reward. Upaya ini dilakukan untuk mengangkat citra wisata Kabupaten Lembata yang beragam, unik dan menarik.
Potensi Perikanan dapat digambarkan, produksi perikanan 10.206 ton atau baru mencapai 33,57 % dari maksimum sustainable year (MSY) sebesar 30.440 ton/tahun. Khusus Ikan Teri produksi 233 Ton di Tahun 2017. Jumlah RT nelayan 2.069 RT. Armada tangkap : 1,779 unit (Motor Tempel dan Kapal 1 s/d 20 GT). Sedangkan Potensi Pertanian, Luas lahan potensial 58.000 Ha, telah difungsikan 23.000 Ha. Komoditi unggulan : Jagung, Kacang Tanah, Bawang Merah, Nenas, Cabe, Advokat. Untuk Inovasi t-Cabang. Khusus Bawang Merah luas panen di Tahun 2018 seluas 27 Ha, Produksi 164 Ton (6 Ton/Ha), harga jual mengalami penurunan dari Rp 35.000/Kg menjadi Rp 10.000/Kg.
Mencermati tiga potensi daerah dari Lembata, dituangkan dalam Visi dan Misi dengan merujuk pula pada Isu Nasional, Nawa Cita. Karena Lembata, merupakan bagian yang utuh dari NKRI, maka Kebijakan dan strategi pembangunan juga hendaknya merujuk pada isu nasional. Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur dan Wakil Bupati, Thomas Ola merancang Visi : “Terwujudnya Lembata Yang Produktif dan Berdaya Saingf Untuk Kesejahteraan Rakyat Berkelanjutan”. Sementara itu ada 6 Misi yang harus dioperasionalkan yakni :
- Meningkatkan Kualitas pendidikan, dan pendekatan pelayanan kesehatan. Serta optimalisasi peran pemuda dan perempuan dalam pembangunan daerah dan peningkatan sadar hukum masyarakat.
- Mempercepat pembangunan infrastruktur, transportassi, air bersih, energy komunikasi dan penataan kota.
- Mempercepat pembagunan dan pengembangan sumber daya ekonomi laut dan maritime serta ekonomi kreatif berbasis industry dan pariwisata berkelanjutan.
- Mempercepat pembangunan dan pengembangan pariwisata berkelanjuta serta meningkatkan pasar dan promosi DTW.
- Meningkatkan pendapatan dan kerja sama daerah serta pengembangan ekonomi wilayah dan pembangunan perdesaan berbasis industry berkelanjutan.
- Menata dan mengembangakan SDM Aparatur Sipil Negara berbassis teknologi informasi serta meningkatkan kinerja pemerintah daerah dan kualitas pelayan public.
Bertolak dari 6 misi tersebut, melahirkan strategi (kebijakan), dan program pembangunan yang mesti dilakukan, namun tetap dalam bingkai prioritas pembangunan. Kabupaten Lembata dikaruniai Landscape alam yang unik dan menarik serta memiliki keanekaragaman budaya Hal ini merupakan modal untuk pengembangan Sector Pariwisata sebagai sector utama untuk mendongkrak perekonomian dengan sector pendukung utama Sektor Perikanan dan Sektor Pertanian.
Sektor Utama Pariwisata ; Relly Wisata Bahari , Lembata Truly Heaven : Lembata Festival dengan puncak even adalah Festival 3 Gunung (Blue Mountains Tours) sebagai event Tahunan. F3G Tahun 2018 dan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sebesar Rp 13.000.000,-/Hari.
Menurut Bupati Sunur, yang tampil mengagumkan para pakar/panelis di Redaksi Koran Sindo Jakarta baru-baru ini, sector pariwisata mejadi lokomotif pembangunan Kabupaten Lembata. Hasil pendapatan dari sector pariwisata mempengaruhi kemajuan sector lainnya.
“Pariwisata meningkat dan infrastruktur pun ikut berkembang. Hal itu juga menyejahterakan masyarakat. Misalnya, kemarin dengan adanya Festival Tiga Gunung, Lembata bisa menghasilkan Rp 13.000.000,-/Hari, dan itu sangat lumayan untuk pendapatan masyarakat,” ungkap Sunur, mantan Anggota DPRD Bekasi periode 2009-2011.
Festival Tiga Gunung itu meliputi, Gunung Batutara (Kecamatan Buyasuri), Ile Lewotolok (Kecamatan Ile Ape Timur), dan Ile Werung (Kecamatan Atadei). Dengan event besar ini, menurut Sunur, mampu melibatkan peran kementerian terkait dalam mengucurkan angggaran untuk pembangunan infrastruktur di Kabupaten Lembata, khususnya ke daerah tujuan wisata. Pembangunan pariwisata jelas melibatkan semua komponen pembangunan dan partisipasi masyarakat. Pemerintah selaku fasilitator dan pendamping, sedangkan masyarakat berperan penuh.
“Pariwisata ini juga didukung filosofi masyarakat Lembata yang sangat menghargai tamu. Semua tamu datang dipanggil untuk minum kopi dan makan pisang goreng bareng untuk sekedar ngobrol. Jadi masyarakat sudah bisa dibilang sangan Welcome dengan pendatang,” tutur Sunur saat presentasi dihadapan para pakar.
Bupati Sunur yang dikenal kreatif dan inovatif, juga memfokuskan pada penanaman bawang dengan melibatkan masyarakat setempat, bahkan setiap desa wajib tanam bawang. Ada pun argumentasinya, bahwa selama ini Lembata memasok bawang dari daerah lainnya seperti Bima, NTB dan Kabupaten Ende dengan harga sangat mahal. Namun dengan adanya terobosan inovatif ini, produksi bawang meningkat tajam dan bahkan membuat harga lebih terjangkau oleh masyarakat.
Produksi bawang misalnya, kata Sunur, digunakan untuk menunjang kebutuhan pada event pariwisata, diantaranya sebagai bahan dasar makanan di tempat wisata dan juga sebagai cinderamata bagi wisatawan. Termasuk Ikan Teri dari hasil laut yang lebih bagus dari daerah lain. Karena laut di Lembata tidak terkontaminasi oleh limbah industri dan tidak dilewati lintas kapal laut berukuran Groos Tone besar.
Di hadapan panelis, Bupati Sunur juga menggambarkan perkembangan Sektor Pendukung Utama, yakni Pertanian. Langkah terobosan pada Sektor Pertanian dilakukan melalui Gerakan Revolusi Kedaulatan Pangan Melati Mekar T-CABANG (Tani-Cabe,Bawang, Jagung) Lembata justeru Swasembada Bawang Merah di Tahun 2018 dengan Produksi mencapai 164 Ha dan penurunan harga jual mencapai Rp 10.000,-/Kg dimana selama ini harga melambung mencapai Rp 25.000,-/Kg.
Sedangkan Sektor Pendukung Utama Perikanan juga melakukan terobosan Integrasi Distribusi Pertumbuhan Pola Kawasan melalui Clustering-Tematik Desa menuju Desa Mandiri “Desa Tersenyum 2.0”.
Menurut Bupati Sunur, Desa Hadakewa ditetapkan sebagai Desa Tematik Ikan Teri dan Desa Balauring sebagai Desa Tematik Ikan Tuna.
Sedangkan Strategi Pembangunan yang dilakukan Pemda Kabupaten Lembata oleh duet kepemimpinan, Yentji Sunur dan Thomas Ola dengan menerapkan strategi pembangunan dan skenario Pembangunan dalam Rantai Ekonomi dan Cincin Ekonomi yang dapat dibaca pada grafik berikut ini.
Strategi Pembangunan
Isu :
– Kualitas Pendidikan, Pelayanan Kesehatan
– Peran Pemuda dan Peremuan serta Sadar hukum belum maksimal.
– Pembangunan infastruktur, transportasi, air bersih, energi, komunikasi dan penataan Kota masih belum optimal.
– Pemanfaatan Potensi ekonomi sumber daya laut dan kemaritiman serta ekonomi kreatif masih rendah.
– Pengembangan ariwisata baru dimulai
– Pendapatan daerah belum maksimal dan pengembangan ekonomi wilayah dan pembangunan pedesaan belum berorientasi industri.
– Penataan SDM ASN dan pendayagunaan belum efektif, efisien dan produktif
Strategi:
- Meningkatkan kualitas pendidikan dan penekatan pelayanan kesehaan serta optimalisasi peran pemuda dan perempuan dalam pembangunan daerh serta meningkatkan sadar hukum masyarakat.
- Optimalisasi dan percepatan pembangunan infrastruktur transportasi, air bersih, energi, komunikasi dan penataan kota
- Mengebangkan sumber daya ekonomi laut dan maritim serta ekonomi kreatif berbasis industri dan pariwisata berkelanjutan.
- Mempercepat pembangunan dan pengembangan pariwisata berkelanjutan serta meningkatkan pasar dan promosi daerah tujuan wisata (DTW).
- Meningkatkan pendapatan dan kerja sama daerah serta pengembangan ekonomi.
- Meningkatkan pendapatan dan kerjasama daerah serta pengembangan ekonomi wilayah dan pengembangan perdesan berbasis industri berkelanjutan.
- Penataan dan pengembangan SDM ASN berbasis teknologi informi serta meningkatkan kinerja pedmuda dan kualitas pelayanan publik.
Tujuan:
Kabupaten Lembata menjadi kabupaten produktif dan berdaya saing. Sektor pertanian, kelautan dan kemaritiman serta pariwisata memberikan dan perikanan memberikan kontribusi terbesar pada peningkatan PAD, pedapatan masyarakatv dan pertumbuhan ekonomi. ***(Karolus Kia Burin/Dinas Kominfo Lembata/Advetorial).***